Seni Mengendalikan Emosi

Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan untuk mencerap, memakai, memahami dan mengelola emosi. Menjadi cerdas secara emosional berarti menerima bahwa emosi merupakan bagian mendasar dari diri Anda dan bagaimana Anda bertahan hidup. Menjadi terampil secara emosional dapat menjadikan Anda lebih fleksibel, mudah menyesuaikan diri dan dewasa secara emosional.

Orang-orang yang unggul dalam kehidupan cenderung cerdas secara emosional. Jika emosi merupakan musik kehidupan, orang-orang yang cerdas secara emosional adalah barisan musisi yang hebat. Mereka tidak melumpuhkan emosi. Merea justru menggubahnya menjadi irama kehidupan berkelanjutan yang saling bertautan dengan orang-orang lain. Mereka lebih mudah sepakat daripada orang-orang dengan ketrampilan emosional yang rendah. Bahkan ongkos ketrampilan emosional yang payah itu bisa tinggi. Ongkosnya berkisar dari masalah perkawinan dan pengasuhan anak hingga rapuhnya kesehatan fisik.


Definisi

Kecerdasan emosi adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika Anda menghadapi rintangan. Dengan kecerdasan ini, Anda mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat merasa puas, mengatur suasana hati, mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, dan mampu berempati serta berharap.

Kecerdasan emosi berhubungan dengan akurasi penilaian Anda tentang emosi diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, Anda mampu mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan dan meraih tujuan kehidupan.

Kecerdasan emosi merupakan potensi dari dalam diri Anda untuk bisa merasakan, menggunakan, mengkomunikasikan, mengenal, mengingatkan dan menggambarkan emosi. Dengan kecerdasan ini, Anda akan mampu untuk memotivasi diri Anda sendiri dalam menghadapi rasa frustrasi sehingga beban stres tidak mempengaruhi kemampuan Anda dalam berpikir. Dengan kecerdasan itu pula Anda mampu merasakan, menggunakan ataupun mengelola emosi dalam diri Anda untuk memotivasi, merencanakan dan memiliki berbagai kemampuan di dalam lingkungan sosial.


Penyusun Kecerdasan

Unsur-unsur yang menyusun kecerdasan emosi di dalam diri Anda terdapat di bawah ini.

1. Mencerap Emosi

Dasar kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mencerap emosi diri Anda sendiri dan emosi orang lain. Tidak seperti orang yang kehilangan kemampuan untuk membaca, Anda yang cerdas secara emosional selalu menyimak perasaan Anda sendiri. Anda mampu mengenali dengan cepat emosi marah, dengki, bersalah ataupun depresi. Hal ini sangat berharga karena banyak orang memiliki emosi yang terpecah-belah tanpa tahu mengapa mereka merasa tidak nyaman.

Jika Anda cerdas secara emosional, Anda memiliki empati. Anda secara akurat mencerap emosi orang lain dan mengerti apa yang dirasakan oleh orang lain. Anda jiga bisa "membaca" ekspresi wajah, nada suara dan tanda-tanda emosi lainnya.

2. Menggunakan Emosi

Jika Anda cerdas secara emosional, Anda memakai perasaan untuk meningkatkan pemikiran dan pengambilan keputusan. Ingatan Anda tentang cara Anda bereaksi secara emosional pada masa lalu dapat membantu Anda bereaksi dengan lebih baik terhadap situasi-situasi baru.

Anda juga dapat menggunakan emosi untuk mengembangkan pribadi Anda dan hubungan dengan orang lain. Menolong orang lain akan menjadikan Anda merasa lebih baik. Bahkan berbagi kabar dengan orang lain akan memperkuat hubungan dan meningkatkan kebugaran emosional Anda.

3. Memahami Emosi

Emosi mengandung informasi yang bermanfaat. Kemarahan merupakan isyarat tentang sesuatu yang keliru. Kecemasan menunjukkan ketidakpastian. Depresi berarti Anda sedang merasa tidak berdaya. Antusiasme menunjukkan bahwa Anda bergairah. Jika Anda cerdas secara emosional,Anda mengetahui penyebab, makna dan pengaruh emosi.

4. Mengelola Emosi

Kecerdasan emosional meliputi suatu kemampuan untuk mengelola emosi Anda sendiri dan emosi orang lain. Dengan demikian, Anda tahu cara menenangkan diri ketika marah. Anda juga tahu cara menenangkan orang lain. Jika Anda cerdas secara emosional, Anda mampu menguatkan atau melemahkan emosi, tergantung pada situasi yang sedang Anda alami.


Faktor-faktor Pendukung

Kecerdasan emosi tidak terbentuk sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi terdapat di bawah ini.

1. Fisik

Bagian fisik yang menentukan kecerdasan emosi Anda adalah anatomi saraf emosi. Bagian otak yang digunakan untuk berpikir adalah korteks. Sedangkan bagian otak yang mengatur emosi adalah sistem limbik. Kedua organ tersebut menentukan kecerdasan emosi Anda.

Korteks merupakan bagian berlipat-lipat yang berukuran sekitar 3 milimeter yang membungkus hemisfer serebral di dalam otak. Korteks berperan penting dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis perasaan yang timbul, dan memunculkan tindakan untuk mengatasinya. Korteks khusus lobus prefontal dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum Anda bertindak.

sistem limbik merupakan bagian yang sering disebut sebagai emosi otak. Ia terletak jauh di dalam hemisfer otak besar dan merupakan bagian otak yang bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls.

Sistem limbik meliputi hippocampus yang merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat penyimpanan emosi. Selain itu, terdapat amigdala yang merupakan pusat pengendalian emosi pada otak.

2. Psikis

Kecerdasan emosi tidak terbentuk sejak lahir, tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran dari lingkungan keluarga maupun lingkungan non-keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. Kehidupan emosi yang dipupuk di dalam keluarga sangat berguna kelak bagi Anda karena hal itu membuat Anda lebih mudah untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan.

Ketika Anda masih berusia sangat muda, orangtua adalah subjek pertama yang perilakunya Anda identifikasi, internalisasi dan akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian Anda. Orangtua yang paling berperan dalam meningkatkan kecerdasan emosi Anda adalah ibu. Rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu. Dalam pola keluarga secara umum, ibu berperan sentral dalam fungsi pengasuhan, perawatan dan pendidikan anak. Ibu menjadi role model utama yang menjadi pedoman bagi anak dalam berperilaku.

Lingkungan mon-keluarga adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental. Pembelajaran ditunjukkan dalam suatu aktifitas bermain peran sebagai seseorang dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.

3. Kondisi Neurologis

Stimulus yang diterima dari panca indra Anda terpecah menjadi dua jalur. Sebuah jalur menuju thalamus berlanjut ke neo cortex. Sedangkan jalur yang lain mengarah ke amigdala, bagian otak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori yang berkaitan dengan emosi.

Ketika amigdala sedang memicu munculnya reaksi cepat yang impulsif, lobus prefrontal mengatur respons tersebut. Pada individu yang amigdala-nya diambil untuk alasan medis, ketertarikan pada individu yang lain akan berkurang dan pengenalan pada kadar emosi dari suatu kejadian pun sangat minim.

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Wanita dan pria mempunyai kemampuan yang sama dalam meningkatkan kecerdasan emosi. Namun, rata-rata wanita dapat lebih tinggi daripada pria dalam beberapa keterampilan emosi. Bocah wanita lebih terampil berbahasa daripada bocah pria sehingga ia lebih berpengalaman dalam mengutarakan perasaannya dan lebih cakap dalam memanfaatkan kata-kata untuk menjelajahi dan menggantikan reaksi emosi. Namun, wanita cenderung mengalami tingkat stres yang lebiih tinggi dibanding pria karena wanita lebih banyak menghasilkan hormon penyebab stres daripada pria.

5. Figur Kelekatan

Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, kebudayaan dan sebagainya. Pada saat seorang anak dilahirkan, saraf yang menghubungkan otak baru dengan otak lama belum berkembang secara penuh sehingga respons emosional anak tersebut tidak terkendalikan. Ia memberikan reaksi secara keseluruhan, tanpa menunjukkan perbedaan antara berbagai tingkat dan jenis stimulus.

Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang tampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Dalam keadaan yang tenang, ia tidak menunjukkan perbuatan apa pun sehingga emosinya netral. 

Ketika berusia lima bulan, marah dan benci mulai dipisahkan oleh seorang anak dari rasa tertekan atau terganggu. Usia tujuh bulan mulai tampak perasaan takut. Antara usia 10-12 bulan, perasaan bersemangat dan kasih sayang mulai terpisah dari rasa senang. Semakin besar anak itu, semakin besar pula kemampuannya untuk belajar, sehingga perkembangan emosinya kian rumit. Perkembangan emosi lewat proses kematangan hanya terjadi saat usia satu tahun. Setelah itu, perkembangan selanjutnya lebih baik ditentukan oleh proses belajar.

Kelekatan merupakan hubungan figue sosial dengan fenomena tertentu yang mencerminkan karakteristik relasi yang unik. Kelekatan yang sehat akan Anda dapatkan jika semasa kecil Anda menerima kasih sayang yang stabil dari kehadiran orangtua. Anda merasakan sentuhan hangat, gerakan lembut, kontak mata yang penuh kasih sayang dan senyuman dari orangtua. Kelekatan akan bertahan lama dalam rentang kehidupan Anda yang diawali dengan kelekatan Anda semasa kecil dengan ibu Anda.


Tanda-Tanda Kecerdasan

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali serta mengelola emosi atau perasaan diri sendiri maupun orang lain. Sama seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional bisa dilatih dan dikembangkan terus-menerus.

Memiliki kecerdasan emosional sangat berguna untuk membangun hubungan pribadi dan karier. Maka, Anda harus tahu apakah Anda sudha memiliki kecerdasan emosional yang memadai atau belum.

Apa saja tanda-tanda bila Anda memiliki kecerdasan emosional yang tinggi?

1. Memikirkan Reaksi

Kecerdasan emosional dapat berarti mengenali perbedaan reaksi emosi yang baik dan reaksi emosi yang buruk terhadap suatu keadaan. Emosi berisi informasi penting yang bermanfaat bagi fungsi pribadi dan sosial. Namun, kadang-kadang emosi juga dapat mempengaruhi dan membuat Anda berperilaku tidak sesuai dengan keinginan.

Orang yang memiliki kecerdasan emosional rendah cenderung bereaksi tanpa mempertimbangkan baik dan buruk dari suatu situasi yang sedang dihadapinya. Orang yang kurang mampu mengatur perasaan negatifnya jauh lebih mungkin mengalami kesulitan untuk menjalani kehidupan sosial. Hal itu bisa berakibat bertambah parahnya rasa depresif pada seseorang. Orang dengan depresi berat terbukti mengalami kesulitan dalam memahami dan mengatur emosi mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa banyak gejala depresi yang muncul pada orang dengan kecerdasan emosi yang lebih rendah.

2. Situasi Sulit adalah Tantangan

Jika Anda senantiasa melihat situasi sulit sebagai tantangan, kemungkinan besar Anda memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Sikap optimisme ini adalah bentuk nyata bahwa Anda mampu mengenali emosi negatif di dalam diri Anda, tetapi memilih berfokus pad hal yang positif saja. Ketika Anda kehilangan pekerjaan, misalnya, Anda mengambil tindakan dalam menghadapi tantangan maupun untuk mengendalikan pikiran dan perasaan. Anda tidak ingin terus memikirkan alasan kehilangan pekerjaan, lalu menganggap diri sebagai pengangguran tanpa harapan hingga akhirnya Anda mengalami depresi.

3. Mengatur Emosi

Anda harus bisa mengatur emosi untuk hal positif bagi diri Anda sendiri. Rasa cemas pada level standar, mislanya, bisa meningkatkan kinerja kognitif Anda. Namun, rasa cemas yang berlebihan dapat menghambat pencapaian kognitif. Maka, mengetahui bagaimana menemukan porsi kecemasan yang tepat bsia membantu Anda dalam mendapatkan hal yang positif.

Moderasi adalah kunci ketika Anda ingin mengatur emosi. Orang yang cerdas secara emosional memahami hal ini dan memiliki ketrampilan untuk mengatur emosinya dengan tepat. Mungkin inilah alasan mengapa kecerdasan emosional berkaitan dengan tingkat rasa cemas yang lebih rendah.

4. Menempatkan Diri

Ini adalah kemampuan untuk berempati. Jika Anda dapat memanfaatkan ketrampilan ini, Anda memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

5. Mengenali Perasaan

Orang yang memiliki kecerdasan emosional tahu apa yang sedang ia rasakan. Anda hampir selalu tahu apa yang mengganggu pikiran Anda, tak hanya merasa jenuh tanpa alasan yang jelas. Entah itu cemas, gugup, sedih, kecewa, marha, kelelahan atau jenuh, perasaan yang muncul selalu lebih dalam dari sekedar jenuh.

6. Membaca Orang Lain

Anda peka akan emosi yang sedang dirasakan orang lain sehingga Anda bisa membaca orang lain. Ketika rekan kerja Anda akhir-akhir ini sering marah, maka Anda tahu bahwa ada masalah yang sedang mengganggu pikirannya. Bukan karena ia sebal pada diri Anda atau orang-orang kantor, tetapi karena ia sedang menyimpan beban tertentu.

7. Kekuatan dan Kelemahan

Anda tak hanya mampu mengenali perasaan yang muncul, tetapi juga siapa diri Anda sesungguhnya. Anda tahu hal-hal yang menjadi keahlian Anda, tetapi juga aspek mana dalam kehidupan Anda yang masih harus diperbaiki. Misalnya, Anda sangat mudah bersosialisasi. Anda tahu bagaimana caranya memanfaatkan kemampuan ini sehari-hari. Namun, Anda tahu kalau Anda adalah orang yang sangat pelupa sehingga Anda harus selalu menggunakan reminder.

8. Tidak Mudah Tersinggung

Karena Anda memahami siapa diri Anda, perkataan orang lain tak akan membuat Anda merasa tersinggung dengan mudah. Kalaupun ada orang yang sengaja ingin menyakiti perasaan Anda, Anda mau berjuang untuk memaafkan orang tersebut. Ini karena Anda tahu apa yang orang lain lakukan terhadap Anda hanya bisa mencerminkan kepribadian orang tersebut, bukan diri Anda.

9. Bersyukur

Orang dengan kecerdasan emosional menyadari pentingnya bersyukur dan berpikiran positif setiap hari. Orang yang terbiasa bersyukur memiliki tingkat hormon stres kortisol yang rendah. Karena rendahnya hormon kortisol, suasana hati dan kondisi kesehatan Anda secara umumpun menjadi lebih baik.

10. Peduli Kesehatan

Salah satu ciri kecerdasan emosional adalah kesadaran untuk menjaga kesehatan. Anda memahami bahwa menjalani gaya hidup sehat adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan. Maka, biasanya orang yang kecerdasan emosionalnya tinggi selalu mengusahakan istirahat yang cukup, makan dengan gizi seimbang, dan rutin beraktifitas fisik.

11. Pendengar yang Baik

Pendengar yang baik memiliki kemampuan untuk berempati kepada orang yang berbicara. Anda mau mendengarkan tanpa maksud menghakimi, menyalahkan atau menguntungkan diri sendiri. Anda hanya ingin memahami orang lain dengan baik. Anda pun tidak akan memotong pembicaraan orang lain dan selalu berusaha untuk mendengarkan dan berpikir sebelum berbicara.

12. Berpikiran Terbuka

Kemampuan untuk memahami situasi serta membaca orang lain membuat orang yang punya kecerdasan emosioanl tinggi berpikiran terbuka. Anda mau menerima ide yang berbeda, saran atau kritik dari orang lain, dan bisa bekerja sama dengan siapa saja. Anda juga selalu menghindari berpikiran negatif soal orang lain sebelum memahami duduk perkaranya.

13. Berani Meminta Maaf

Berani mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah salah satu ciri kecerdasan emosional yang tinggi. Anda tahu bahwa manusia pasti membuat kesalahan, tetapi yang terpenting adalah belajar dari kesalahan tersebut. Maka, minta maaf bukanlah tanda kekalahan buat Anda. Justru sebagai pertanda bahwa Anda cukup kuat untuk bangkit dari kesalahan.

Catatan:

Emosi merupakan potensi kekuatan yang tersembunyi pada diri setiap orang. Ia menjadi anugerah yang mendasari tingkah laku Anda serta merupakan bahasa komunikasi yang unik di dalam diri Anda.

Emosi seringkali di identikkan dengan cara destruktif bahkan ofensif. Padahal memanfaatkan emosi berarti memahami fungsi emosi dalam kehidupan Anda.






Comments

Popular posts from this blog

Website Transparan Consulting

5 World Class Mindsets

APA YANG DIMAKSUD BUSINESS PLAN vs BUSINESS ACTUAL, PRE-EMPTIVE DAN DISCREPANCY?